Suasana lain dihadirkan di SMPN 26 Surabaya.
Di sekolah ini, ada kantin yang cukup unik. Mereka menamakannya kantin apung! Kantin
apung ini menyediakan lima anjungan atau lorong memanjang. Lorong-lorong ini
sengaja didesain dengan pandangan bebas menatap taman atau hamparan sawah
Tandes.
Mengapa kantin apung? Sebab, kantin yang
terlihat megah ini didirikan di atas air sehingga terlihat seperti mengapung.
Selain itu, sekolah berstatus RSBI yang berlokasi di kawasan Tandes ini juga
mengemasnya dengan asri dan hamparan tanaman hijau yang ada di taman sekitar
kantin. Saat jam istirahat, ratusan siswa berebut tempat di setiap anjungan dan
lorong kantin.
"Kalau tak cepat, tak dapat tempat,”
kata Nursaidah, siswa kelas sembilan atau kelas tiga.
Di kantin ini, para siswa merasakan udara
yang segar karena bisa merasakan embusan angin saat mereka duduk lesehan.
Kantin apung dengan desain lesehan ini berada di areal belakang sekolah.
Menempati lahan sekitar 25 meter x 25 meter.
Kantin apung ini menyediakan lima anjungan
atau lorong memanjang. Lorong-lorong ini sengaja didesain dengan pandangan
bebas menatap taman atau hamparan sawah Tandes. Tidak hanya itu, kantin dengan
kapasitas tampung hingga 300 pengunjung ini tampak lebih elegan karena
interiornya yang serba kayu. Bahkan, lampu hias pun dengan ornamen kayu.
Kantin ini dibangun pada tahun 2009.
Informasi yang diterima Surya.co.id, kantin itu menelan biaya
pembangunan hingga Rp 600 juta. Namun, semua dikerjakan pihak ketiga termasuk
produsen air mineral. Selain itu, dibantu pula bantuan sukarela orangtua dalam
bentuk barang.
“Duta Besar Amerika Serikat pernah memuji
kami. Apalagi, kami tak izinkan penjual menjual makanan atau jajan yang
dibungkus plastik. Sebab plastik merusak lingkungan. Tak boleh ada sampah
dibuang di perairan,” kata Titik Sudarti, Kepala SMPN 26.
Sekitar 10 meter sebelum memasuki kantin, ada
jalan setapak ukuran satu meter. Untuk menuju jalan kantin ini, siapa pun tidak
diperbolehkan memakai sepatu. Pengelola menyediakan tas khusus yang ramah
lingkungan (bukan kantong plastik) untuk setiap pengunjung. Tas ini digunakan
untuk menyimpan sepatu.
Di kantin apung ini, ada tujuh pedagang yang
menyediakan berbagai jenis makanan, di antaranya nasi, gado-gado, bakso, dan
berbagai jenis minuman. Untuk makanan dan minuman berlaku sistem kupon, tidak
membayar langsung tunai dengan uang. Pembeli lebih dulu menukar uangnya dengan
kupon. Misalnya, ia menukarkan Rp 7.000 dengan kupon dan menggunakannya untuk
menukar dengan menu yang diinginkan.
“Setiap lapar, saya mengajak teman-teman makan siang di kantin ini. Bersih dan
harganya terjangkau. Kami senang meski diminta lepas sepatu dan membawa sepatu
dengan tas khusus,” kata seorang siswa lainnya. Kantin ini hanya beroperasi
mulai pagi hingga pukul 12.00 WIB atau hingga istirahat kedua usai.
Sumber : KOMPAS.com
0 komentar:
Posting Komentar